SIAK:Riaunet.com~Dalam meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit dilahan gambut, dan untuk menjaga ekosistem gambut,
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak bekerjasama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG), lakukan kajian hydrologi gambut dan pengembangan Teknologi Aero Hydro Culture, hasil penemuan Prof Ozaki dari jepang.
Ini dikatakan Asisten II Setda Kabupaten Siak Hendrisan saat membuka kegiatan pelatihan Pembuatan Kompos di Lokasi riset Aerohydro culture, di Kampung Koto Ringin, Kecamatan Mempura, Kamis (13/6/2019).
BRG yang juga bekerjasama dengan Word Research International (WRI) Indonesia, LIPI, UNRI (UR), Balitbang, Pertanian Pusat, Badan Penelitian Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (LHK), Serta melibatkan NGO (LSM) yg tergabung dalam Sedagho Siak, seperti Winrock, WRI, dan Elang.
Hendrisan juga mengatakan bahwa Pemerintah Daerah siak menyambut baik dan sangat mendukung dengan adanya kegiatan pengembangan teknologi terbaru ini.
“Jika ada kendala kami Pemerintah Daerah akan memfasilitasi dan siap membantu,” kata Hendrisan.
Beliau berpesan kepada kelompok tani yang mengikuti kegiatan ini agar mengikutinya dengan sebaik mungkin, agar teknologi ini benar-benar bisa diterapkan dilahan gambut di tempatnya masing-masing.
“Semoga dengan teknologi terbaru ini, nantinya hasil perkebunan kelapa sawit masyarakat akan meningkat, sehingga akan meningkatkan penghasilan mereka,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Anton dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, menyebutkan bahwa Teknologi Aero Hydro Culture, merupakan teknologi yang berfungsi untuk memancing akar tanaman untuk naik keatas, sehingga lebih cepat mendapat makanan dari pupuk organik yang telah disediakan.
“Teknologi Aero Hydro Culture, terbuat dari pupuk organik yang dibuat dari rumput, tandan sawit yang kosong (tangkos), dan campuran kotoran hewan,” sebut prof Anton.
Masih kata Anton, setelah semua bahan dicampurkan, bahan tersebut akan didiamkan atau diendapkan kurang lebih dua bulan, kemudian baru dicampurkan dengan pupuk lain seperti
Pupuk mikorisa, dan pupuk PGPR,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Budiman Safari juga menjelaskan, teknologi ini akan dikembangkan terlebih dahulu dilahan Koperasi Beringin Jaya, Kampung Koto Ringin, dengan luas kurang lebih 400 hektare.
“Setelah teknologi ini berhasil dikembangkan, saya berharap koperasi Beringin Jaya menjadi pengembang usaha primadona, bagi pelaku usaha sawit didaerah lain,” harap budi. (rdk)
Komentar