JAKARTA:Riaunet.com-Ajang Kriya Nusa tajaan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di main Loby, Plenary Hall dan ruang Cendrawasih, Jakarta Convention Center (JCC) dari 26 sampai 30 September 2018, merupakan ajang menampilkan hasil karya kerajinan anak negeri.
Pada ajang pameran hasil kerajinan se-Indonesia ini, sempena Hari Ulang Tahun ke-39 Dekranas tahun 2018. Berbagai produk karya perorangan maupun kelompok dari tangan-tangan anak negeri dipajang, guna memikat setiap mata pengunjung yang datang ke arena pemaren.
Dari Negeri Junjungan Kabupten Bengkalis, menampilkan berbagai karya kerajinan tangan. Mulai dari tanjak, rajutan tas, tempat tisu, gantungan kunci, dompet, tikar pandan dari Desa Muntai, songket dari Desa Sebauk, dompet dari tempurung kelapa dan dompet tenun.
Adalah Ismail dan Trestiani alias Ani, dua perajin yang beruntung pada ajang Kriya Nusa 2018. Karena warga Desa Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil dan Desa Senggoro Kecamatan Bengkalis, didaulat diikutsertakan pada ajang bergengsi di jagat kerajinan tangan ini.
Ismail dan Trestiani mengaku sangat beruntung, karena pihak Dekranasda bersama Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Bengkalis membawanya untuk datang pada ajang Kriya Nusa. Tidak hanya sekadar menampilkan hasil kerajinan, namun sebagai ajang promosi, sekaligus menimba pengalaman dengan para perajinan se-Nusantara.
Pada ajang Kriya Nusa ini, Ismail menampilkan hasil kerajinan yang selama ini ditekuni dan sekaligus menjadi salah satu sumber pendapatannya. Hasil kerajinan itu adalah variasi meja atau meja hias dengan berbagai ukuran.
Meskipun meja yang ditampilkan pada ajang yang digelar selama lima hari itu, hanya ukuran kecil bertingkat, untuk tempat menaruh bunga. Namun bagi ayah tiga anak ini, kehadirannya di JCC ini, selain untuk menimba ilmu juga untuk ajang promos terhadap produk-produk karya tangan yang selama ini hanya dikenal di level Kabupaten Bengkalis dan sekitarnya.
Dikatakan Ismail, selama ini meja hias hasil karya tangannya ini dipasarkan di pinggir jalan, tepatnya di perbatasan Kecamatan Siak Kecil dan Bukit Batu. Rata-rata jumlah kerajinan yang dijual bervariasi. Kadang dalam satu bulan terjual tiga, kadang dua dan bahkan tidak laku sama sekali.
“Biasanya, tergantung rezeki pada saat itu. Kadang laku satu buah, kadang dua, tiga. Ada juga sampai tak laku,” ungkap Ismail.
Disinggung soal harga, diungkapkan Ismail, tentu bervariasai sesuai dengan ukuran dan tingkat kesulitan membuat dan mencari bahannya. Mulai dari harga jual Rp100 ribu hingga Rp1,5 juta.
Bagaimana mencari bahan baku kayu untuk menghasilkan sebuah meja hias ini. Bagi Ismail, meskipun saat ini bahan baku menjadi persoalan, namun masih bisa disiasati. Dia memanfaatkan bahan-bahan yang ada, misalnya kayu pulai, kayu karet, kayu cempedak dan akar kayu (terutama untuk kaki meja).
Tak jauh berbeda dengan Ismail, pada ajang pameran Kriya Nusa juga ditampilkan hasil kerajinan Trestiani. Ibu tiga anak ini, merupakan perajin rajutanan warna-warni benang menjadi berbagai produk, mulai dari tas, dompel mungil dan sampul tempat kotak tisu.
Lebih menariknya lagi, karya dari isteri Zulkifli ini, tidak hanya polos saja. Namun sudah dibubuhi level alias merk dengan nama Ulifa Craff, lengkap dengan alamat dan nomor handpone.
Tidak hanya itu, seiring perkembangan dan kemajuan informasi komunikasi. Dalam memasarkan produk rajutan ini, Trestiani memanfaatkan media sosial, yakni Facebook. Dengan akun pribadi Trestiani Ani dan nomor hp 08117061514, produk Ani mampu menempus seantreo Nusantara.
Berkat jejaring media sosial, Ani dengan mudah mempromosikan hasil karyanya. Buktinya, setiap bulan ada saja pemesan dari luar pulau Bengkalis, seperti pemesan dari Pulau Jawa maupun Sumatera. Mengenai harga jual, Ulifa Craff dipatok berkisar antara Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per buah.
Disinggung, siapa saja yang membantu merajut. Ani menjelaskan, tidak banyak yang mau menekuni jenis kerajinan ini. Selain butuh kesabaran dan ketelitian, pekerjaan kerajinan merajut mulai tidak diminati kebanyakan orang. Jadi selama ini, dirinya hanya dibantu oleh salah satu famili. Setiap bulan, mereka berdua bisa menghasilkan 10 hingga 15 hasil kerajinan.
Kapan mulai menekuni kerajinan seni. Diungkapkan Trestiani, butuh jalan panjang sehingga dirinya bisa menjadi perajin rajutan dan sampai dikenal masyarakat luas terutama di dunia maya.
Sebelumnya, pada tahun 2006, Ani berprofesi sebagai tukang jahit. Setelah selama 6 tahun, sebagai penjahit, pada tahun 2012 dia menjadi perajut benang. Itu pun, sebelumnya dia menekuni kerajinan akrilik (manik-manik).
Alhamdulilah berkat keuletan dan ketangguhan dalam menekuni kerajinan perajut benang, pada tahun 2017 Trestiani dinobatkan menjadi juara 1 Adigriya tingkat Kabupaten Bengkalis.
Berkat gelar yang disandangnya, maka produk Ullifa Craf selalu ditampilkan pada setiap ajang pameran yang diikuti oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis. [rom/rls].
Komentar