Bengkalis:Riaunet.com-Drs.H.Syamsuar seiring 92 hari sejak dilantik menjadi Gubernur Riau di istana Presiden, dalam rangka kunjungan kerjaanya ke Pulau bengkalis sekaligus mensinkronisasi program riau hijau bersama masyarakat dan aktifis lingkungan menjelang genapnya seratus hari menjabat, saat ingin melakukan penanaman bibit kayu jenis Gerunggang pada areal lahan LSM Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkungan (IPMPL) yang terletak dijalan lintas air putih-selat baru 22/5/2019, usai melafaskan bismilah dan ungkapan solawat atas junjungan Besar Nabi Muhammad S.A.W, terungkap dari mulut sang mantan Bupati siak tersebut sebuah do’a dengan nada sangat rendah yaitu ” ya Allah..Ya Tuhan Ku…. Sejahterakanlah Masyarakat Kami” Harap Nya.
Tingkah GUBRI tersebut, tidak hanya itu saja mencuri perhatian bagi kalangan pers maupun masyarakat yang turut hadir saat itu, bahkan ia juga tidak bersedia kalau lubang untuk ia menanam bibit gerunggang digali oleh orang lain. Sebaliknya Mantan PLT.Bupati Kepulauan meranti tersebut malah mengambil cangkul , mengali lubang untuk bibit gerunggang yg akan ia tanaman nya sendiri.
Ia juga sempat diberikan sarung tangan oleh sekretaris SPMPL RI Mohd.Kusmayadi utuk menghindari agar tangan nya jangan sampai kotor ketika menanam gerunggqng, namun syamsuar menolak dan ia lebih senang menggunakan tangan bersentuhan langsung dengan tanah .
Menanggapi kejadian tersebut Solihin Ketua LSM Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkungan dan selaku penggagas budidaya tanaman kayu jenis gerunggang, berpendapat sikap rendah hati yg ditunjukan Gubri tersebut merupakan contoh yg perlu diteladani oleh pejabat-pejabat tinggi lainnya. Karena tingkah laku yang ditunjukan Gubri itu, tentu saja membuat masyarakat tidak merasa ada jarak dengan pemimpin dan tidak terlalu formal ketika berhadapan dengan masyarakat ” sejauh ini apa yang sama dirahasiakan ketika kalangan pemimpin beradaptasi dengan masyarakat, sepertinya ada perbedaan. Memang jika kita lihat apalah sebatas menggali lubang untuk menanam gerunggang dan menanam pohon tanpa menggunakan sarung tangan, tapi bagi masyarakat hal sepele sepeti itu sangat tinggi nilainya. Karena masyarakat merasa apa seperti mereka buat tidak berbeda dengan apa yang dibuat oleh pemimpin” ungkap aktifis tersebut. (Mila/Rls).
Komentar