Rohul:Riaunet.com-Ribuan masyarakat, tua muda laki-laki perempuan mengagungkan Asma Allah, Allahu akbar dengan berjalan kaki sejauh berkilo meter, melintas dua desa di Kecamatan Rambah, tepatnya Desa Sialang Jaya dan Desa Rambah Tengah Barat. Melaksanakan Azan, Tahlil dan do’a menolak Bala dan bencana ( Bahasa Pasir disebut “Ratik Tulak Baluw”), Senen malam, 29/03/2020. Ratik Tulak Baluw adalah tradisi agama yang secara turun temurun ada sejak dahulunya. Walau ahir-ahir ini sempat tidak dilaksanakan oleh masyarakat Rokan Hulu, khususnya Kecamatan Rambah, tapi dengan wabah Covid 19 ini, Ratik Tulak Baluw mulai muncul kembali. Ratik atau Tahlih Tulak atau Tolak Baluw atau bala bencana ini, dilaksanakan dengan cara berjalan mengelilingi kampung atau Desa yang dilaksanakan siang atau malam, jika siang dilaksanakan setelah pelaksanaan Jum’at, jika malam di pilih Senen malam atau Kamis malam. Ketika malam di terangi dengan penerangan tradisional berupa obor (dari bambu di beri minyak di dalamnya, kemudian di beri sabut pada ujungnya untuk di bakar, onco adalah botol kaca yang di beri minyak tanah dan kain atau sabut kelapa di kepala botol untuk si beri api) atau suluh yang dibuat dari kelopak kelapa tua dan kering yang di belah-belah kemudian disusun dan diikat lalu di bakar dari ujungnya. Apabila siang hari pelaksanaan nya sama dengan malam hari, tahlil bersama dengan berjalan mengelilingi kampung atau desa kadang ada membawa satu buah lampu obor, onco atau suluh, bahkan ada tambahan membawa botih pulut kering yang di rendang.
Tradisi ini di mulai dengan melaksanakan do’a pada waktu star atau di sebut juga Pangkal Kampung yang di pimpin oleh Imam Mesjid atau pimpinan Rumah Suluk yang di sebut Kulipah. Setelah itu berdiri dan berjalan bersama-sama menuju ujung kampung atau desa. Pada setiap ada persimpangan jalan, dilaksanakan azan yang sedikit mempunyai perbedaan dengan azan biasa yang di tambahkan setelah khaiya’alal falah, sampai berahir di ujung kampung dengan mendoa dan membuang peralatan onco, suluh atau obor, yang diumpamakan sama dengan membuang baluw atau bala bencana yang ada tersebut.
Acara ini biasa di laksanakan pada waktu ada wabah penyakit yang berlangsung lama dan aneh seperti Covid 19 ini, atau musim hujan yang melebihi dari waktu yang di tentukan, begitu pula musim kemarau yang sangat panjang. Termasuk jika ada jumlah orang yang meninggal di luar batas kewajaran.
Di Desa Sialang Jaya dan Rambah Tengah Barat atau Kaiti tersebut, Ratik Tulak Baluw di pimpin oleh Khulipah H. Basir sekaligus Pimpinan Surau Suluk dan Tokoh Agama di Desa Rambah Tengah Barat dan Desa Sialang Jaya tersebut. Mengharapkan Covid 19 sebagai baluw atau bala dapat di jauhkan dan terhindar dari desa, kabupaten, provinsi dan di negara yang kita cintai ini, disertai dengan permohonan kesehatan dan keselamatan untuk seluruh masyarakat.
Pristiwa yang dapat di pandang unik dan khusus serta langka ini biasanya paling ampuh dan mujarab serta selalu diijabah oleh Allah swt, sehingga apa yang di minta atau di doakan, dalam waktu hitungan hari ganjil seperti 1 hari, 3 hari atau 5 hari sampai 7 hari, akan terkabulkan, bahkan ada yang terkabulkan setelah pelaksanaan Ratik Tulak Baluw usai di laksanakan.
Tradisi Agama berupa ratik togak ini, dalam kurun 10 hari ini, telah dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu di Siang hari setelah Sholat Jumat di Desa Rambah Hilir tepatnya Desa Rambah Hilir Timur, Kecamatan Rambah Hilir kemudian di dua Desa Sialang Jaya dan Desa Rambah Tengah Barat Kecamatan Rambah ini. Semoga dalam waktu yang tidak begitu lama wabah Covid 19 ini dapat diatasi dan pergi jauh dari Negeri Seribu Suluk dan Indonesia ini pada umumnya.(Na)
Komentar