Bireuen:Riaunet.com-Kisah seorang wanita yang cantik dan manis banget ini, bisa kita ambil contoh, untuk kesehatan tubuh, betapa tidak mulai sejak belajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Matanggelumpangdua Kecamatan Peusangan, tahun 1968 sampai pensiun guru tahun 2018, masih segar sehat melakukan kegiatan dayung sepeda,dalam melaksanakan tugas mencerdaskan bangsa, memakai baju dinas seragam, pegawai negeri sipil.
Ibu guru ini memiliki enam anak,
bernama Cut ZurAida, 60,warga Gampong Geulanggang Gampong (cureh) Kecamatan Kota Juang Kab Bireuen ini,sejak kecil masih menuntut ilmu, dari rumahnya Meunasah Ni bong menuju sekolah pada SDN 2 Matanggelumpangdua,waktu itu masih duduk di kelas IV, menggunakan sepeda dayung.
Jarak tempuh setiap hari sekitar enam kilometer pulang pergi, selama enam tahun (tamat tahun 1970),jelas ibu guru ini, kepada media online ini, Selasa (22/01) dikediamannya Didampingi T Abubakar Bantasyam, 69, suami tercintanya,yang juga seniman
Pernah melawat lima negara Malaysia Belanda, Spanyol, Amerika Serikst dan, Jepang.
Kecintaan dalam mendayung sepeda waktu itu masih, menggunakan sepeda merex phonic, terus berlanjut masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 kota Matanggelumpangdua, selama tiga tahun (1971 sampai 1973),jarak tempuh enam kilometer pulang pergi.Untuk mencapai cita citanya ingin jadi guru sekolah dasar, harus bangun pagi sekitar pukul 06,15,wib,sudah shalat subuh, berangkat dari rumah ke sekolah.
Bila tidak, bisa terlambat masuk sekolah, apalagi jalan belum diaspal(batu batuan) cukup sulit Kita lalui, kenang masa lalu,Cut ZurAida, menjadi salah satu cara terbaik untuk menimpa ilmu pengetahuan umum dan agama Islam, apalagi masa itu kendaraan sepeda motor masih langka, orang tua tak sanggup membelinya, salah satu harus dayung sepeda kesekolah,diperkirakan mulai dayung sepeda, sudah tidak bisa lagi saya hitung, berapa unit, rusak telah digunakan sampai kini.
Sampai keluar keringat, sudah pasti baju seragam sekolah basah, karena dayung sepeda, yang merupakan kebanggaan tersendiri baginya, sebab tambah Cut ZurAida,alumni Sekolah Pendidikan Guru(SPG) Tahun 1977 ini,sudah cukup berjasa kepada ribuan anak didiknya.
Yang paling sedih lagi,tambah Cut ZurAida, sewaktu belajar di SPG Negeri Bireuen, mulai tahun 1974 sampai 1977(tiga tahun), berangkat Dari rumah Meunasah Nibong, ke kota Bireuen, hanya satu satu sekolah guru di Bireuen (Aceh Utara), juga kayuh sepeda, baju seragam hijau dan rok sampai kelutut, sangat sulit kita bawa(dayung) pedal laju sepeda. Kenapa harus bersepeda,apa tak malu, sebab usia sudah menanjak gadis remaja, sudah pasti banyak dilirik laki laki, sebangku sekolah.
Menurut Cut ZurAida,untuk apa gengsi, naik sepeda sudah sangat terhormat , sebab satu dua, orang sanggup beli Sepeda dayung, harganya jutaan rupiah, masa itu, hanya orang pilihan saja yang bisa beli, kawan kawan masih jalan kaki, menunggu bus labi labi, itu masih sangat sedikit, dari pada terlambat masuk sekolah. Belajar di sekolah guru dilokasi jalan nasional arah bireuen Takengon ini, cukup disiplin waktu sedikit terlambat tak dikasih masuk, makanya dayung sepeda waktu jarak jauh 24 km(pp), Bertambah asyik pula, setiap jalan dilintas ada orang usil, ganggu, untuk minta dijodohkan dengan anak nya, apalagi belajar disekolah guru merupakan favorit di mata masyarakat, satu saat nanti jadi guru berstatus pegawai negeri sipil, semua waktu itu dikejar akhirnya ketemu dengan syekh tubaka, yang pemain seniman seudati Aceh, dari grup Syeikh Lah Geungta, sampai kini keduanya, cinta tak dilupakan, sebut, Tubaka, kini jadi pengusaha di bireuen.
Ada pula kawan, yang berasal dari gampong kawasan Matanggelumpangdua, banyak sewa kamar, di Kota Bireuen, memudahkan masuk sekolsh, hal ini, kedua orang tua, tidak diizinkan, terpaksa alat transportasi darat, ya, harus dayung sepeda, selain dapat ilmu, badan sehat, ujar ibu Cut ZurAida, mantan guru SDN 6 Bireuen ini, penuh ketawa,saat di wawancara, media online ternama ini di Sumatera,ribuan warga Aceh kini, posting untuk melihat berita negeri beta tersebut.
Yang aneh lagi sejak, menjadi guru sekolah dasar, diangkat menjadi pegawai negeri sipil tahun 1978,pada sekolah dasar Jolok Aceh Timur, melaksanakan tugas cekgu, lagi lagi dayung sepeda tanpa pamrih, sampai Pindah tugas ke sekolah dasar negeri 6 bireuen Tahun 1980 sampai pensiun tahun 2018, dari rumah Gampong Geulanggang Gampong, sejauh 4 km (pp) naik sepeda Gazille dan Ontelis
Kini bergabung “Geuritagen Awak Awai Bireuen”, ujar Cut Kak ini.
Kemajuan teknologi dan pesatnya kendaraan bermotor, Cut ZurAida, sama sekali tidak tertarik, naik sepeda motor atau mobil pribadi, insyaallah, sanggup kita beli hal ini, tetapi mengingat sejak kecil sudah biasa naik sepeda butut, sampai jadi guru dan pensiun harus kita pertahankan. Kini menikmati sisa hidup, kemana mana naik dayung sepeda, mudah mudahan, sudah puluhan tahun bersepeda, Allah Swt, masih memberikan kepada saya sehat dan menjadi, rahmat bagi saya, semua makanan masih bisa dimakan, ucap Cut ZurAida, penutup kisah nyata ini, [Zal].
Komentar