Subulussalam:Riaunet.com – Istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Dyah Erti Idawati berpesan kepada Ketua Tim Penggerak PKK dan Dekranasda Kota Subulussalam untuk berkontribusi dalam mendukung percepatan pembangunan, terutama dalam bidang Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, termasuk para Pengrajin.
“Jalin kerja sama dan berkoordinasi dengan instansi dan lembaga lainnya sangatlah penting dan menjadi tugas Ketua Tim Penggerak PKK untuk mampu mendorong agar program-program PKK dapat berjalan lebih optimal di Kota Subulussalam,” kata Dyah Erti saat melantik Mariani Harahap sebagai Ketua PKK dan Dekranasda Kota Subulussalam Periode 2019-2024 di aula pendopo setempat, Selasa 14/05.
Dengan demikian, kata Dyah, PKK dan Dekranasda Kota Subulussalam dapat semakin menunjukkan perannya dalam mendorong peningkatan kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan para pengrajin. Kedua lembaga itu, lanjut Dyah, juga perlu mendorong dan meningkatkan hasil kerajinan rakyat sehingga mampu berbicara di tingkat nasional, bahkan Internasional sehingga dapat menjadi kontribusi bagi pembangunan daerah.
“Dekranasda mutlak harus siap menjalankan program yang berkualitas terutama di bidang Kerajinan rakyat di Kota Subulussalam yang sangat terkenal dan kaya dengan khasanah seni serta budayanya, sehingga eksistensi dan peran Dekranasda mendapatkan legitimasi kuat dari seluruh komponen pembangunan,” kata Dyah.
Selain itu, ujar Dyah, PKK dan Dekranasda harus siap tampil sebagai agen informasi dan agen pembaharu dalam pembangunan daerah. Untuk mendukung hal itu, Dyah meminta agar pengurus PKK meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap mental agar dapat mengikuti perkembangan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.
“Harapan inilah yang dapat dijalankan oleh Tim Penggerak PKK dan Dekranasda Kota Subulussalam di bawah kepemimpinan Ibu Hj. Mariani Harahap 5 tahun mendatang,” kata Dyah.
Tiga Isu Prioritas PKK
Dyah Erti Idawati mengatakan, sesuai hasil Rapat Koordinasi Tim Penggerak PKK Aceh akhir Desember 2014 lalu, ada 3 isu krusial dan perlu penanganan bersama yaitu aksi cegah stunting, aksi revitalisasi gotong royong serta aksi cegah bahaya penggunaan gadget bagi anak danorang tua. PKK dan Dekranasda Aceh Selatan diminta ikut proaktif mendukung pengentasan 3 isu tersebut, sehingga ketiganya bisa cepat diatasi.
Persoalan stunting, kata Dyah sangat perlu untuk segera diberantas. Di mana, Aceh menduduki urutan ke 3 nasional untuk angka stunting, khususnya balita. Sementara revitalisasi gotong royong, dikarenakan budaya itu dirasa sudah hilang, selain juga perlu upaya untuk meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial dan solidaritas.
Realita yang terjadi saat ini kata Dyah, gadget menjadi alat untuk menemani anak bermain. Padahal sinar yang ditimbulkan dari gadget sangat berbahaya bagi anak usia dini.
“Mereka butuh main simulasi motorik. Otak anak rusak (jika sering disodori gadget) seperti kecanduan narkoba,” kata Dyah. (Mahdi)
Komentar