Opini : Sukseskan Pemilu 2019, Ari Surahman : Tegakkan Nilai – nilai Demokrasi Berlandaskan Moral dan Etika

Aktivis, Opini341 views

Penulis : Ari surahman
Mahasiswa ilmu pemerintahan
Universitas Islam Riau

Pekanbaru:Riaunet.com-Perhelatan Akbar Pemilu, Pemilihan Legislatif (PILEG) dan Pemilihan Presiden (PILPRES) tahun 2019 sebulan lagi di gelar, tepatnya 17 April 2019. Secara Demokrasi masyarakat akan memilih wakilnya sebagai anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/kota dan DPD RI serta Presiden dan Wakil Presiden RI yang akan memimpin lima tahun kedepan sudah bergaung dan bergema sangat kuat di Indonesia. Dalam politik tentu saja akan ada persaingan antara partai politik maupun calon pemimpin.

Namun, ada dampak negatif yang akan dapat ditimbulkan dalam tahun politik, Pileg dan Pilres ini. Berbagai macam berita di media sosial, baik cetak dan elektronik sudah banyak di muat postingan tentang politik disertai komentar-komentar tajam dan saling serang. Masyarakat pendukung salah satu kandidat tentunya saling menyerang satu sama lain dan mencari kelemahan satu sama lain.

Di dunia politik Indonesia hal seperti itu dianggap sesuatu yang biasa, akan tetapi jika dilakukan secara tidak jujur maka akan terjadi perpecahan. Seperti menyebar berita hoaks atau berita bohong. Jika masyarakat terus meyakini berita hoaks, apalagi masyarakat pelajar dan mahasiswa maka akan gampang diadu domba oleh pembuat berita hoaks.

Indonesia merupakan negara yang majemuk, terdapat beberapa Agama, suku dan budaya yang beragam. Namun, saat ini di tahun politik yang sebentar lagi Pileg dan Pilpres akan di gelar hal-hal yang berbau SARA, bertebaran di media sosial. Tentu saja, isu permasalahan SARA ini akan membuat potensi Persatuan Indonesia pun semakin terkikis. Sebab tidak sewajarnya negara dengan kemajemukan harus dihancurkan dengan permasalahan SARA.

Politik adalah sebuah Kekuasaan dan Kepentingan. Ada Menang dan ada yang Kalah. Oleh sebab itu, menjelang perhelatan Akbar Pesta Demokrasi Indonesia ini tentu ada strategi dan taktik saling menjatuhkan lawan politik dengan berbagai macam cara. Baik dari masalah pribadi dan golongan, maupun isu tidak benar mengenai caleg dan capres. Hal ini tentunya akan membuat Indonesia mengalami kegaduhan politik yang menyebabkan pertikaian antar pendukung politik. Tentu saja situasi dan kondisi seperti ini tidak diinginkan oleh bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang besar seharusnya kita sadar bahwa politik tidak boleh merusak persatuan dan kesatuan. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus bertekad menjaga persatuan dan kesatuan.

Baca Juga:  Harapan Gubernur Mahasiswa Fisipol Uir Mewakili Ormawa atas Terbentuknya pengurus baru IKA FISIPOL UIR

Kita tetap bersatu, persatuan masyarakat jangan terpecah belah, beda dukungan biasa, disitulah karakter dalam pendewasaan kita akan di pertaruhkan.

Langkah pertama tetap menghargai perbedaan dan menghindari permasalahan, terutama masalah SARA. Sudah sepatutnya sebagai negara yang besar dan beragam, kita harus bijaksana walau pilihan dan demokrasi berbeda dalam politik, setidaknya hindari menyinggung masalah SARA. Tujuan politik yang mulia tentunya menginginkan Wakil Rakyat dan Presiden atau Pemimpin yang mampu menjawab permasalahan masyarakat dan menciptakan persatuan dan kesatuan antar masyarakat.

Kedua teliti membaca berita, terutama tentang politik. Baca berita dari sumber terpercaya dan eksistensinya di akui. Saling diskusi dan sharing informasi.

Ketiga jangan saling menghina dan menjelekkan pilihan dan lawan politik. Berpolitiklah dengan mengutamakan kepentingan masyarakat dan menjaga persatuan dan kesatuan.

Mari tegakkan nilai-nilai demokrasi berlandaskan moral dan etika berbangsa dan bernegara, mempererat persaudaraan untuk mempercepat terwujudnya visi dan misi bangsa kita kedepan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.(rls/hd).

Komentar