Bireuen :Riaunet.com-Harga Gabah siap panen, berlangsung saat panen raya disejumlah Kecamatan dalam Kabupaten Bireuen,Anjlok sekitar Rp 4200 Sampai Rp 4600/kg,Petani Menjerit permainan para tengkulak.
Hal ini sebagaimana opservasi dan penjelasan dari sejumlah petani yang gabungan Kelompok Tani, menyebutkan kepada media ini, Jumat sore (15/03)sejak panen raya berlangsung pada itu pula,harga Gabah turun drastis dibandingkan sebelum panen Rp 5000 sampai Rp 5800/kg.
Turunnya harga Gabah, menurut Junaidi bersama Marwan, Petani Kecamatan Kota Juang dan Kuala Kabupaten Bireuen, akibat permainan tengkulak, untuk meraih keuntungan besar dari petani, dengan alasan Gabah sekarang ini melimpah di seluruh Provinsi Aceh.
Melimpahnya, Gabah panen raya secara serentak bukan saja Provinsi Aceh tetapi diseluruh Sumatera Utara,hasil tanaman padi Desember 2018 lalu,pihaknya tengkulak memanfaatkan situasi ini, menjelaskan kepada petani, sehingga petani menjual Gabah siap panen harga bervariasi.
Tengkulak, tambah Marwan dan Iskandar, Gabah tidak bisa dibawa ke Medan Sumatera Utara, disana melimpah pula Gabah, hanya untuk kepentingan lokal, itupun Gabah cukup banyak karena panen raya serentak, Petani lalu menjualnya dengan harga dimaksud, diseluruh pelosok desa tempat penghasilan sentra Gabah.
Apalagi, Petani sangat membutuhkan uang untuk menutupi utang, pada pedagang safrody(pupuk, benih, obat obatan) sewaktu turun kesawah, bahkan biaya penanaman mulai sewaktu semai bibit unggul sampai penanaman kedua (suemula), pakai tenaga manusia, jasa dari kalangan ibu ibu rumah tangga.
Dalam satu hari Rp 60,000 sampai Rp 75,000,(dua kali makan minum) ditanggung pemilik lahan, sebut, M Zainal, ini, Petani di Kecamatan Jumpa Bireuen, belum lagi ongkos bajak olahan tanah, Rp 250 sampai Rp 300/meter.
Melihat kenyataan ini, Petani terpaksa harus menjual setengah dari hasil panen, juga biaya sekolah anak dari hasil panen, sisa disimpan untuk dimakan sehari hari, nanti pula persiapan turun kesawah musim rendengan bulan April sampai Juli 2019 yang akan datang.
Yang paling ironis, ujar petani pada desa sentra penghasil Gabah pihak, Badan Logistik (Bulog) Lhokseumawe, sama sekali tidak membeli hasil panen petani, bahkan pula Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan setempat, tidak bisa membantu petani.
Kesulitan mesin olahan tanah (traktor) saat musim tanam gado dan rendengan petani mengaluh dan tiba panen ra ya mesin pemotong padi,menjadi kendala pula, sampai jual Gabah rendah sangat, cukup banyak kerugian petani, walaupun demikian, Petani terus turun kesawah, bersyukur kepada Allah Swt, hasil panen, dapat menunaikan zakat, itu yang kami gembirakan, tambah Zainal bersama Tgk Muchtar Yusuf, Petani di Kecamatan Kota Juang Kab Bireuen.
Murahnya harga Gabah, bukan saja kali ini, tetapi setiap panen raya, berlangsung, bagi tengkulak dan pemodal besar, yang menentukan untuk cari keuntungan besar dari petani,yang lebih parah lagi, saat petani turun kesawah, harga Gabah, melonjak, sedangkan Gabah udah habis terjual hanya sisa untuk dimakan, ungkap Muchtar, sedih.
Fenomena, Petani terpotrek sekarang ini, menurut keterangan Ketua Kelompok Tani, pada sejumlah Desa, yang dihubungi, semuanya akibat pemerintah tidak memutuskan patokan harga Gabah siap panen maupun giling,agar tidak merugikan petani, jangankan padi, kelapa cukil dan butir kelapa, dan semua barang hasil petani baik pelawija dan perkebunan, juga harga jual Anjlok pula, kata, Petani di Kabupaten Bireuen, mengakhiri penjelasan kepada media ini, bersyukur bisa terun kelapangan untuk membantu petani, sedang dililit hutang akibat Anjlok semua harga panen petani (rizal jibro).
Komentar