Takengon:Riaunet.com-Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana kerab menjadi satu masalah bila tidak dilandasi koordinasi dari para pihak.
Melihat kondisi Aceh sebagai suatu wilayah yang rawan bencana, diperlukan sinergi dalam penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Didasari hal tersebutlah, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyelenggarakan rapat koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana se Aceh di Takengon, Kamis (27/09).
Menurut Kepala BPBA, Teuku Ahmad Dadek, melalui pertemuan tersebut diharap ada masukkan penting yang berguna bagi penanganan proses-proses pemulihan pasca bencana menjadi lebih baik.
“Pemulihan merupakan fase penanggulangan bencana yang paling panjang dan paling mahal, karena itu perlu perhatian lebih,” ujar Dadek.
Sementara Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar yang didaulat untuk membuka acara Rakor mengharapkan koordinasi antara BPBA dan BPBD dalam penanganan rehab rekon di Aceh dapat terlaksana efektif dan efisien.
“Terutama berkenaan dengan kewenangan, sejauh mana yang menjadi tanggungjawab BPBD Kabupaten Kota, bagaimana peran BPBA atau kewenangan Pemerintah pusat serta pihak lain yang ingin membantu dalam penanganan rehab rekon pasca bencana,” ujar Shabela.
Ditambahkannya, perlu terus bagaimana meningkatkan kemampuan petugas melalui pelatihan berkelanjutan serta meningkatkan kesadaran Masyarakat menghidupkan kembali semangat gotong royong.
“Bencana datang tidak pernah terduga, masyarakat adalah pihak terdepan yang mengalami sekaligus pihak yang bisa cepat melakukan penanganan darurat sebelum datang petugas,” imbuhnya.
Peserta Rakor berjumlah 46 orang yang berasal dari BPBD se Aceh. [MI].
Komentar